Pengaruh Film Animasi Jepang Dalam Kehidupan Sosial Penikmatnya
Info Prioritas – Film animasi Jepang atau lebih akrab disebut dengan anime, kini sedang mendapat sorotan tajam dari SJW (Social Justice Warrior). Menurut mereka (SJW), anime yang terbit sejak beberapa tahun belakangan ini memberikan dampak yang buruk (bad impact) bagi pemirsanya. Hal ini mengacu dari kejadian yang baru-baru ini dikabarkan dengan sangat viral, yaitu seorang gadis muda berusia 20 tahun dengan nama Yuka Takaoka yang menusuk laki-laki yang disukainya.
“Setujukah anda akan hal tersebut…?”
Pro & Kontra
Perihal yang ditudingkan oleh SJW terhadap anime dinilai terlalu berlebihan. Karena bila melihat dari data survey sebuah organisasi sosial di beberapa negara, yaitu Indonesia, Singapura, Filipina, Jepang sendiri dan juga Amerika. Persentase kejahatan yang dilakukan dengan modus operandi terpengaruh film animasi terhitung di bawah standard.
Memang ada terjadi, namun tidak sampai angka 1% dari kasus kejahatan yang sudah terjadi di setiap negara dengan penikmat anime terbanyak saat ini. Bahkan, para penonton animasi Jejepangan ini mengutuk balik semua penilaian SJW yang terlalu menggeneralisir sebuah kasus menjadi keseluruhan.
Parahnya, SJW juga sempat menyatakan bahwa pihaknya akan mengajukan pemblokiran (banned) terhadap semua film animasi Jepang yang berkonten kekerasan, seksualitas dan hal-hal negatif lainnya.
Kasus Yuka Jadi Pembelajaran Wibu Indonesia
Menurut para wibu dan otaku di Indonesia, kejadian Yuka Takaoka yang dinilai mempunyai sifat yandere memang sangat memprihatinkan. Namun tidak bisa mengatakan hal tersebut menjadi hal negatif sepenuhnya. Yuko ditenggarai terpengaruh akan anime Mirai Nikki (The Future Diary). Di mana sang pemeran utama, yaitu Yuno Gasai begitu mencintai teman lelakinya, yang berujung berniat membunuhnya karena saking cintanya.
Para weeboo tanah air mengatakan, “Dia (Yuko) itu memang dasarnya sudah sakit secara psikologis. Hanya saja media dan lingkungan men-judge seolah dia terpengaruh dan terobsesi oleh anime Mirai Nikki”, ujar Arief (kebetulan menjadi salah satu staff HRD dari sebuah perusahaan besar di Jakarta).
Rate & Parental Guidance
Ini menjadi perhatian yang sering tidak diindahkan kepentingannya. Bahkan para orangtua pun dinilai tidak memperhatikan hal ini. Contoh kasus, pastinya kita semua masih ingat dengan kental, begitu Deadpool rilis di bioskop tanah air. Berapa banyak orangtua yang mengajak anak-anak di bawah usia ketetapan dari PR (Parental Rating). Padahal sebelumnya sosialisasi akan hal ini sudah dilakukan sejak jauh hari sebelum penayangan.
Jika memang sudah dewasa dan mempunyai kesadaran akan pertanggungjawaban. Maka perihal tontonan dan akibat (impact) dari tontonan yang bersangkutan, adalah sudah menjadi kesiapan pemirsanya untuk menerima apapun terkait tontonan animasinya.