Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin mengukir catatan prestasi di awal tahun. Pasangan yang dijuluki The Babies ini sanggup meraih gelar kedua dalam dua pekan beruntun.
Gelar kedua diraih di ajang Thailand Masters 2023 yang baru berakhir beberapa hari lalu. Di partai final turnamen BWF World Tour Super 300 itu, The Babies menumbangkan Su Ching Heng/Ye Hong Wei dari Taiwan lewat dua gim langsung 21-16 dan 21-17.
Kemenangan ini sungguh berarti. “Back to back champions” usai naik podium juara di Indonesia Masters 2023 pekan sebelumnya mengantar mereka kini menembus peringkat 10 BWF, naik tiga tingkat dari sebelumnya.
Sebenarnya perjuangan mereka di partai final tidaklah mudah. Sebagaimana curhat kedua pemain itu kepada situs resmi PBSI.
“Alhamdulillah bisa kembali juara. Dari awal kami hanya bertanding dan bermain baik saja. Tidak memikirkan soal juara di Thailand Masters ini. Ini karena kondisi kami juga belum fit banget sejak menjadi juara di Indonesia Masters lalu. Saya juga masih agak flu,” beber Leo melansir situs resmi PBSI.
Leo mengatakan keduanya berjuang untuk tidak memberi kesempatan kepada lawan memberi tekanan.
“Tadi kami baik dan tidak memberi lawan untuk menekan. Meski Daniel kakinya sakit, saya main normal saja.”
Ia menegaskan kemenangan tersebut memberikan motivasi tambahan bagi mereka. Ia mengaku keduanya tak boleh jemawa.
“Kemenangan ini tentu menjadi penambah semangat bagi kami. Setelah merebut gelar juara di Thailand, saya tidak boleh sombong. Sebaliknya harus lebih giat berlatih lagi karena masih banyak kejuaraan di depan.”
Hal senada dikatakan Daniel. Pemain jangkung itu sempat tak menyangka mereka bisa menjadi juara di pekan berikutnya.
“Pada awalnya saya tidak menyangka akan bisa kembali juara di Thailand. Main di sini saya hanya fokus dan main baik dari pertandingan ke pertandingan saja. Ternyata usaha keras saya dan Leo tidak sia-sia.”
Terkait jalannya pertandingan final, Daniel menegaskan strategi berbeda yang diterapkan seperti saat bermain tiga gim di babak semifinal. Mereka tidak memberi kesempatan kepada lawan untuk menyerang.
“Saya juga bermain lebih efisien karena kaki masih sakit. Untuk melakukan smash masih terasa sakit. Makanya tadi smash-smash saya tidak terlalu banyak keluar.”
Dalam kondisi kaki kiri yang sakit ia terus berjuang. Ia bertarung hingga sampai melupakan rasa sakit itu.
“Dengan kaki sakit, saya hanya main nekat saja. Saya melupakan soal sakit kaki saya. Saya main seolah tidak ada yang sakit saja.”